Apa itu Osteoporosis?
Osteoporosis adalah penyakit yang menyerang tulang dimana kondisi dan kualitas kepadatan tulang mulai menurun yang akhirnya dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Kondisi ini umumnya baru diketahui sejak setelah ditemukannya retak pada tulang setelah seseorang mengalami jatuh ringan yang bisa terjadi pada pergelangan tangan, tulang belakang serta tulang pinggul.
Osteoporosis ini sering terjadi pada manula yang berusia 50-80 tahun. Dan wanita yang mengalami menopause memiliki risiko empat kali lebih besar dibandingkan pria untuk terkena osteoporosis. Meski demikian, wanita muda juga anak-anak pun berisiko juga untuk terkena osteoporosis.
Apa gejala Osteoporosis?
- Kepadatan tulang berkurang secara perlahan dalam kurun waktu bertahun-tahun tanpa adanya gejala yang dirasakan. Osteoporosis baru akan diketahui saat terjadi keretakan pada tulang.
- Kolaps tulang atau hancur yang dapat menyebabkan nyeri punggung yang menahun.
- Jika tulang belakang hancur, maka akan mengalami kelengkungan pada tubuh yang bersifat abnormal yang menyebabkan ketegangan pada otot dan menimbulkan rasa sakit.
- Tulang lain yang berisiko patah yang disebabkan oleh tekanan karena jatuh.
- Jika terjadi patah tulang proses penyembuhannya akan lama.
Penyebab osteoporosis sendiri berbeda, bagaimana berdasarkan jenis kelamin seseorang. Penyebab osteoporosis pada wanita disebabkan oleh:
- Mengalami menopause yang mengakibatkan penurunan hormon estrogen yang dapat mengakibatkan penurunan kepadatan tulang secara drastis.
- Tidak mengalami siklus menstruasi selama 6 bulan lebih akibat olahraga atau diet.
- Pernah melakukan operasi pengangkatan rahim sebelum usia 45 tahun.
- Mengalami menopause sebelum usia 45 tahun.
- Penggunaan alkohol yang berlebihan.
- Mengalami Hipogonadisme.
- Sering mengonsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid atau obat steroid selama 3 bulan.
- Penderita gangguan kelenjar adrenal (sindrom cushing).
- Kelenjar tiroid.
- Kelenjar Paratiroid.
- Kelenjar pituitari.
- Riwayat keluarga.
- Etnis asia atau kaukasia.
- Ukuran tubuh seseorang yang kecil.
- Tidak berolahraga dalam jangka waktu lama.
- Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan pemindaian DEXA untuk mengukur kepadatan tulang, dan pemeriksaan FRAX untuk memprediksi keretakan tulang.
- Pengobatan bersifat hormon meliputi, selective estrogen receptor modulators (SERMs), terapi penggantian hormon, pengobatann testosteron, kalsitonin dan hormon paratiroid. Sedangkan pengobatan non hormon meliputi, pemberian kalsium dan suplemen vitamin D, bisphosphomate, dan strontium renelate.
Demikianlah artikel yang dapat kami sampaikan. Semoga
artikel ini bermanfaat. Dan kami beritahukan bahwa Informasi yang kami
sampaikan bukanlah pengganti nasihat medis. Ini hanyalah sekedar informasi
untuk anda mengenai Penyakit Osteoporosis. Terima
kasih atas kunjungan anda dan sampai jumpa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar